Pesona Banda Neira: Dari Jalur Rempah hingga Surga Wisata Bawah Laut

Data dan Informasi Wisata Bawah Laut Banda Neira
-
Latar Belakang
Banda Neira adalah bagian dari Kepulauan Banda di Maluku dengan luas 170 km², terdiri atas 18 desa/kelurahan berpenduduk 21.787 jiwa. Kepadatan penduduk bervariasi, dari Kampung Baru yang terpadat (537 jiwa/km²) hingga Pulau Hatta yang paling jarang (43 jiwa/km²), mencerminkan ketimpangan geografis dan aksesibilitas. Daerah ini kaya sumber daya, terutama potensi bahari sebagai lumbung ikan nasional dan perkebunan pala yang sejak lama menjadi komoditas utama dunia. Pala, dijuluki “emas hitam”, sangat bernilai karena dipakai sebagai obat, kosmetik, bumbu, hingga simbol status sosial di Eropa.
Sejak abad pertengahan, perdagangan pala dikuasai pedagang Asia (Arab, India, Tiongkok), yang turut membawa pengaruh budaya dan islamisasi. Namun, masuknya bangsa Eropa sejak abad ke-16 mengubah keadaan. Portugis, Spanyol, Inggris, dan terutama Belanda datang dengan semangat gold, glory, gospel dan merkantilisme untuk memonopoli jalur rempah. Belanda gagal memahami struktur sosial egaliter Banda, sehingga konflik berujung pada genosida 1621 di bawah JP Coen yang membantai mayoritas penduduk asli. Banda kemudian diisi pendatang dari berbagai daerah dan budak impor, melahirkan masyarakat multikultur dengan identitas baru “orang Banda” yang berakar pada tanah dan nilai Islam.
Pasca-genosida, perkebunan pala dikelola dengan sistem perk oleh perkenir Belanda, menggunakan buruh dari Jawa, Buton, Tionghoa, dan daerah lain. Meski Belanda memonopoli perdagangan, interaksi lintas budaya tetap berlangsung, terutama melalui penyelundupan dan perdagangan kecil. Hal ini memperkuat karakter Banda sebagai masyarakat terbuka, multikultur, namun tetap solid dalam adat dan agama.
Kini, Banda Neira tidak hanya dikenal sebagai penghasil pala, tetapi juga destinasi wisata dengan rekognisi internasional. Peninggalan benteng Portugis dan Belanda, ekosistem terumbu karang yang masih alami, biodiversitas laut, serta lanskap vulkanik menjadi daya tarik utama. Kombinasi kekayaan sejarah kolonial, warisan budaya otentik, dan potensi bahari memberi Banda peluang besar sebagai pusat pariwisata berkelanjutan. Dengan dukungan infrastruktur dan pengelolaan berbasis masyarakat, pariwisata dapat menjadi motor transformasi sosio-ekonomi sekaligus menjaga ekologi dan identitas budaya.
-
Rute Perjalanan & Aksesibilitas
Rute aksesibilitas wisata di Banda Neira menggambarkan jaringan konektivitas antara dua pelabuhan utama (Banda Neira dan Lonthoir) dengan berbagai destinasi wisata di kepulauan tersebut. Analisis menunjukkan bahwa destinasi wisata terkonsentrasi di Pulau Banda Neira dan Lonthoir dengan jalur transportasi yang terhubung baik melalui rute darat maupun laut. Di pulau utama Banda Neira, wisata yang paling dekat dari Pelabuhan Banda Neira adalah Rumah Budaya Banda Neira, dengan jarak 100 meter, sedangkan yang terjauh adalah Pantai Lautaka yang terletak di utara pulau dengan jarak 6,3 kilometer. Dapat dilihat juga di Pulau Banda Besar bahwa untuk sampai ke Pantai Lauta perlu untuk mengambil rute memutar dari Dermaga Lonthor sejauh 15,7 kilometer. Dengan demikian, pengembangan rute alternatif dan peningkatan konektivitas antar destinasi menjadi kebutuhan untuk mendukung pengembangan pariwisata Banda Neira secara menyeluruh.
-
Fasilitas
Dalam pariwisata, amenity adalah segala fasilitas pendukung yang membuat wisatawan merasa nyaman dan bisa memenuhi kebutuhan dasarnya selama berkunjung. Contohnya meliputi akomodasi (hotel, homestay), kuliner (restoran, warung makan), fasilitas umum (toilet, tempat ibadah), layanan kesehatan, hingga area perdagangan. Ketersediaan amenity ini menunjukkan seberapa siap sebuah destinasi menerima wisatawan.
Di Banda Neira, pusat amenitas wisata terkonsentrasi di Pulau Banda Neira. Pulau ini menjadi pintu gerbang utama wisatawan karena memiliki pelabuhan dan bandara kecil, sekaligus pusat pemerintahan dan ekonomi lokal. Fasilitas seperti hotel, restoran, tempat ibadah, dan toko banyak ditemui di sini. Selain itu, akses jalan yang lebih baik, dekat dengan atraksi sejarah seperti Benteng Belgica, serta aktivitas masyarakat yang lebih ramai membuat Pulau Banda Neira menjadi lokasi paling strategis untuk pengembangan fasilitas wisata.
Sementara itu, ancillary merujuk pada layanan pendukung yang tidak langsung berupa fasilitas fisik, tetapi organisasi atau pihak yang membantu kelancaran kegiatan wisata. Di Banda Neira, ini mencakup pusat informasi wisata, agen perjalanan, bank dan ATM, serta toko souvenir dan oleh-oleh. Dari ketiganya, yang paling banyak berkembang adalah toko souvenir/oleh-oleh, menunjukkan adanya respons ekonomi masyarakat terhadap peluang pariwisata. Namun, layanan keuangan (bank/ATM) dan jasa perjalanan masih terbatas, sehingga perlu ditingkatkan agar wisatawan merasa lebih nyaman.
Secara keseluruhan, Banda Neira sudah memiliki infrastruktur pendukung pariwisata yang cukup beragam, meski konsentrasi fasilitas masih berada di Pulau Banda Neira dan belum merata di pulau-pulau lain yang lebih terpencil. Hal ini menunjukkan Banda Neira punya potensi besar, tetapi masih perlu peningkatan layanan, terutama di aspek finansial dan jasa perjalanan, agar semakin siap menyambut wisatawan dalam jumlah lebih besar.
-
Komunitas
-
Marine Station EcoNusa
Marine Station EcoNusa adalah pusat penelitian dan pendidikan yang berfokus pada konservasi laut dan pengembangan berkelanjutan di Banda Neira. Didirikan melalui kolaborasi antara Yayasan EcoNusa, Universitas Banda Neira (UBN), dan Koperasi Mandiri Banda Neira, stasiun ini melaksanakan berbagai proyek, termasuk budidaya ikan dengan menggunakan keramba jaring apung sederhana. Inisiatif ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal dan menjaga keberlanjutan ekosistem laut di kawasan tersebut.
Marine Station EcoNusa di Pulau Banda Neira, Maluku, menjalankan berbagai program yang berfokus pada konservasi laut dan pemberdayaan masyarakat. Salah satu program utama adalah budidaya ikan menggunakan Keramba Jaring Apung (KJA) sederhana yang diluncurkan pada 22 April 2024, bertujuan meningkatkan perekonomian lokal sekaligus menjadi sarana pembelajaran bagi mahasiswa Fakultas Perikanan UBN. Selain itu, EcoNusa berkolaborasi dengan platform Ocean Eye, yang memungkinkan wisatawan melaporkan pengamatan hewan laut dan aktivitas lingkungan untuk mendukung pemantauan keanekaragaman hayati, termasuk melalui lokakarya pengelolaan laut berkelanjutan bagi masyarakat setempat. Marine Station ini juga berfungsi sebagai pusat edukasi dan riset terbuka bagi masyarakat dan mahasiswa, mendukung pengembangan kapasitas lokal dalam konservasi dan pengelolaan sumber daya alam.
Sebagai langkah tambahan, EcoNusa melaksanakan inisiatif pemasangan mooring buoy di Laut Banda untuk menambatkan kapal wisata agar tidak merusak terumbu karang, sekaligus menjaga ekosistem laut dari kerusakan akibat aktivitas manusia. Dengan lokasinya yang strategis dan akses yang mudah dari Ambon, Marine Station EcoNusa menjadi destinasi ideal untuk wisata edukasi dan konservasi, berkontribusi signifikan dalam pelestarian lingkungan dan pemberdayaan masyarakat, serta menjadi model integrasi konservasi dengan pembangunan berkelanjutan bagi wilayah lain.
-
Komunitas Marine Conservation Center (MCC)
Komunitas Marine Conservation Center (MCC) di Banda Neira melalui Program Edukasi Kepulauan Banda menghadirkan rumah pengering yang dapat digunakan secara gratis oleh masyarakat di Pulau Lonthoir dan Pulau Rhun. Dalam dua tahun terakhir, fasilitas ini telah membantu petani dan nelayan mengeringkan berbagai hasil perkebunan dan perikanan, termasuk pala, fuli, cengkeh, kenari, kopra, hingga ikan asin. Sebelumnya, warga menjemur hasil panen di jalan, yang rawan kotor karena aktivitas manusia maupun ternak. Kehadiran rumah pengering ini tidak hanya menjaga kualitas produk tetapi juga mempercepat proses produksi. Salah satu petani kenari, Masita, menyebut bahwa kini ia mampu mengeringkan hingga 500 kilogram kenari dalam waktu 5–6 hari, dan peningkatan produksi ini mendorongnya melibatkan kelompok ibu-ibu sekitar dalam proses pengolahan. Inisiatif MCC ini tidak hanya meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil panen, tetapi juga turut memberdayakan komunitas lokal, khususnya perempuan, dalam kegiatan ekonomi berbasis sumber daya alam Banda Neira.
-
Atraksi
-
Snorkeling
Banda Neira tidak hanya dikenal sebagai pusat sejarah rempah dunia, tetapi juga sebagai salah satu destinasi bahari paling memesona di Indonesia Timur. Laut Banda yang jernih menyimpan keanekaragaman hayati yang menakjubkan, mulai dari terumbu karang berwarna-warni, ikan-ikan tropis, hingga biota laut besar seperti penyu dan ikan napoleon. Setiap sudut perairan Banda menghadirkan pengalaman yang berbeda, mulai dari snorkeling santai di pantai dangkal hingga menyelam di drop-off yang langsung menghadap samudra biru. Keindahan laut Banda memikat tidak hanya bagi penyelam profesional, tetapi juga ramah untuk wisatawan pemula yang ingin sekadar berenang atau menikmati panorama bawah laut. Menyelami laut Banda berarti mengunjungi surga tersembunyi yang belum banyak tersentuh, dimana pesona alam dan jejak sejarah berpadu dalam satu destinasi istimewa. Beberapa spot snorkeling yang terkenal dan wajib dikunjungi antara lain Pulau Sjahrir, Pulau Hatta, Pulau Run, Pulau Nailaka, Pulau Karaka, dan Pulau Lonthoir.
-
Pulau Sjahrir (Pulau Pisang)
Pulau kecil ini berjarak sekitar 30 menit dari Banda Neira. Perairannya sangat jernih, dengan kedalaman antara 8 hingga 15 meter. Snorkeling di sini memungkinkan pengunjung menjumpai berbagai jenis ikan seperti eels, gobies, serta moray yang bergerak anggun di antara terumbu karang. Spot ini ideal bagi wisatawan yang suka eksplorasi bawah laut penuh warna dan kejutan
-
Pulau Hatta
Terletak di ujung timur Kepulauan Banda, sekitar 1 jam dari Dermaga Pantai Lamane, Pulau Hatta menyuguhkan pemandangan bawah laut yang fenomenal. Terdapat "lubang besar" di antara terumbu karang, memberikan akses langsung ke perairan yang lebih dalam. Spot ini populer untuk snorkeling dan free-diving, dengan air laut biru jernih serta keindahan terumbu alaminya. Pulau Hatta menjadi destinasi favorit bagi turis yang ingin menyelam ringan hingga menengah.
-
Pulau Run (Rhun)
Pulau Run disebut sebagai salah satu pulau yang cocok untuk snorkeling, terutama karena keindahan lautnya dan kehadiran ikan-ikan karang menarik, termasuk bumphead yang besar. Perairannya tenang dan jernih, sangat nyaman untuk berenang dan eksplorasi bawah laut.
-
Pulau Nailaka
Pulau tak berpenghuni ini menawarkan lanskap laut yang dangkal dengan Tanjung Tenusan, lengkungan pasir yang muncul saat air surut. Kondisi ini menjadikan spot snorkeling ideal untuk pemula. Wisata bawah lautnya menarik dengan terumbu karang kecil dan ikan tropis yang lucu dan jinak.
-
Pulau Karaka
Terletak dekat pintu masuk utara antara Banda Neira dan Gunung Api, Pulau Karaka terkenal akan pondasi batuan bawah laut dan terumbu karang yang estetis. Airnya jernih, sehingga panorama laut bawahnya mudah terlihat, menjadikannya pilihan pas untuk snorkeling santai dengan pemandangan cantik.
-
Pulau Lonthoir
Pulau ini tidak hanya dikenal sebagai penghasil rempah tetapi juga sebagai destinasi snorkeling dan diving favorit. Terumbu karang di sekitarnya sangat beragam dan berwarna-warni. Menyelam atau snorkeling di Lonthoir seperti menyusuri taman laut alami yang memesona.
-
Potensi Wisata Arkeologis
-
Benteng Belgica
Benteng Belgica berdiri megah di atas bukit di tengah Pulau Neira, menjadi saksi bisu perjuangan masyarakat Banda melawan VOC. Dari sini, pengunjung bisa menikmati pemandangan spektakuler ke arah Benteng Nassau, hamparan laut biru, dan perkampungan di sekitar pulau.
Awalnya dibangun pada tahun 1611 sebagai pos kecil, benteng ini kemudian diperkuat oleh VOC hingga berbentuk seperti sekarang pada abad ke-17. Dengan arsitektur berbintang lima yang unik, Benteng Belgica menjadi salah satu benteng terindah di Maluku. Pada tahun 1796, benteng ini bahkan sempat direbut oleh Inggris.
Kini, Benteng Belgica tidak hanya menjadi warisan sejarah, tetapi juga destinasi wisata budaya. Setelah dipugar pada tahun 1991, benteng ini resmi ditetapkan sebagai Cagar Budaya Nasional pada tahun 2015. Saat berkunjung, wisatawan bisa berjalan menyusuri lorong-lorong benteng, naik ke atas menara, dan merasakan suasana masa lalu sambil menikmati panorama Banda Neira dari ketinggian.
-
Istana Mini
Istana Mini, yang terletak di Pulau Neira, Banda Neira, Maluku Tengah, adalah salah satu situs bersejarah yang mencerminkan kejayaan masa kolonial Belanda di Indonesia. Dibangun pada sekitar tahun 1622, bangunan ini awalnya digunakan sebagai kediaman resmi bagi pejabat tinggi VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) yang bertugas di Kepulauan Banda, termasuk Residen Banda yang memiliki wilayah kekuasaan mencakup sebagian timur Pulau Seram, Kepulauan Aru, Kepulauan Tanimbar, dan gugusan pulau lain di utara Pulau Timor
Pada masa kolonial, Istana Mini berfungsi sebagai pusat administrasi dan simbol kekuasaan Belanda di kawasan rempah-rempah dunia. Bangunan ini menjadi saksi bisu dari berbagai peristiwa sejarah, termasuk perlawanan masyarakat Banda terhadap kebijakan VOC yang menindas. Kini, Istana Mini tidak hanya menjadi objek wisata sejarah, tetapi juga simbol dari warisan budaya yang kaya dan kompleks di Banda Neira
-
Rumah Pengasingan Bung Hatta
Rumah Pengasingan Bung Hatta di Banda Neira adalah situs bersejarah yang menyimpan jejak perjuangan proklamator kemerdekaan Indonesia, Mohammad Hatta. Pada 11 Februari 1936, Bung Hatta bersama Sutan Sjahrir diasingkan ke Pulau Banda Neira oleh kolonial Belanda. Rumah ini terdiri dari tiga bangunan utama yang menyimpan berbagai memorabilia Bung Hatta. Di ruang tamu, terdapat meja, kursi, dan sofa yang masih terjaga keasliannya, serta foto-foto Bung Hatta sebelum kemerdekaan Indonesia. Sebuah etalase tua menyimpan benda peninggalan seperti kemeja, songkok, keris, dan kacamata khas Bung Hatta. Di bagian belakang rumah, Bung Hatta mendirikan sekolah untuk anak-anak Banda Neira, sebagai bukti komitmennya dalam mencerdaskan bangsa meskipun dalam pengasingan
-
Daftar Pustaka
-
Kumparan. (2023, Februari 22). 6 spot snorkeling Banda Neira untuk menikmati keindahan bawah laut. Kumparan. https://kumparan.com/jendela-dunia/6-spot-snorkeling-banda-neira-untuk-menikmati-keindahan-bawah-laut-22322zdSVV1
-
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. (2023, Oktober 21). Sejarah Benteng Belgica. Balai Pelestarian Nilai Budaya Maluku. https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbmaluku/sejarah-benteng-belgica/
-
Tournesia. (2025, Mei 17). Istana Mini Banda Neira: Ikon Budaya dan Sejarah Maluku. Tournesia. https://www.tournesia.com/blog/istana-mini-banda-neira-ikon-budaya-dan-sejarah-maluku/
-
Kumparan. (2023, Desember 25). Sejarah Istana Mini Banda Neira di Maluku Tengah. Kumparan. https://kumparan.com/jendela-dunia/sejarah-istana-mini-banda-neira-di-maluku-tengah-21piH97puX3
-
Anuraga, J. L. Y. (2021). Jalur Rempah Banda, Antara Perdagangan, Penaklukan Dan Percampuran: Dinamika Masyarakat Banda Neira Dilihat Dari Sosio-Historis Ekonomi Rempah The Banda Spice Route, Between Trade, Conquest. Jurnal Masyarakat Dan Budaya, 23(3).
-
Antara News. (2024, Mei 29). Menelusuri jejak Bung Hatta di Banda Neira. https://www.antaranews.com/berita/4127082/menelusuri-jejak-bung-hatta-di-banda-neira
-
Antara. (2023, 25 September). Komunitas MCC adakan program rumah pengering bagi warga Banda Neira. ANTARA News. Diakses pada 25 Agustus 2025, dari https://www.antaranews.com/berita/3742071/komunitas-mcc-adakan-program-rumah-pengering-bagi-warga-banda-neira
-
MAPID. (2025, 9 Mei). [GEODATA] Kajian Infrastruktur Pariwisata di Banda Neira dan Karimunjawa. MAPID Blog. Diakses pada 25 Agustus 2025, dari https://geo.mapid.io/blog_read/geodata-kajian-infrastruktur-pariwisata-di-banda-neira-dan-karimunjawa
-
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif–Jejaring Desa Wisata (Jadesta). Desa Wisata Pulau Ay. Diakses pada 25 Agustus 2025, dari https://jadesta.kemenpar.go.id/desa/pulau_ay